Cara Agar Aplikasi Kartu Kredit Disetujui



Buat yang Penasaran Gimana Cara Agar Aplikasi Kartu Kredit Disetujui, Simak Ya…


 

Pernah punya pengalaman aplikasi kartu kredit ditolak bank? Atau malah bolak-balik ditolak? Cup..cup…cup..kasihan. Hehehe…

Gak perlu galau. Seandainya kita tahu cara bank menilai aplikasi kartu kredit yang disetujui, peluang aplikasi itu diterima bakal lebih besar!
Sebab kita bisa menyesuaikan diri dengan cara penilaian bank tersebut. Dengan begitu, bank akan melihat kita pantas diberi amanah memanfaatkan kartu pembayaran multiguna itu.
Untuk mengetahui cara bank menilai permohonan kartu kredit yang disetujui, kenalan dulu dengan yang namanya rating. Tahu pohon, kan? Nah, tempat daun bertumbuh di pohon itu namanya rating. Bahahahaha…
Cukup…serius sekarang. Rating merupakan bahasa Inggris yang secara garis besar berarti nilai atau peringkat. Dalam hal aplikasi kartu kredit, semakin tinggi rating seseorang, semakin besar peluang permohonannya diterima.
Lalu, gimana bank lewat analisnya menentukan rating seseorang? Pas ngisi formulir kartu kredit lihat kan ada kolom yang diberi tanda bintang? Kolom itu wajib diisi karena bakal dipakai analis buat menilai rating pemohon.

Rumus penentuan rating sangat sederhana sebenarnya. Misalnya di kolom pendidikan pada formulir, ada SD-SMP-SMA-S1-Master. Rating tertinggi tentunya dimiliki pemohon yang gelarnya master daripada lulusan SD.

Lalu soal status rumah. Pemohon yang udah punya rumah sendiri lebih tinggi ratingnya daripada yang masih ngontrak.
Pola ini berjalan begitu seterusnya. Semakin prestisius atau tinggi posisi kita, semakin tinggi pula rating kredit kita di mata analis bank.


Selain itu, analis menerapkan prinsip 5C dalam menilai aplikasi kredit yang disetujui.Memenuhi prinsip 5C adalah salah satu cara agar aplikasi kartu kredit disetujuii:

1. Character: Analis akan melihat karakter kita sebagai nasabah perbankan. Kalau kita pernah bermasalah dalam pembayaran pinjaman/kredit ke bank dan bahkan masuk blacklist Bank Indonesia, ya pasti susah dapat persetujuan kartu kredit. 
2. Capacity: Analis akan memastikan kita sanggup membayar tagihan kartu kredit tiap bulan. Kalau tabungan mepet dan gaji pas-pasan, peluang dapat kartu kredit dengan limit tinggi sangat kecil.

3. Capital: Analis juga akan melihat modal yang kita miliki. Semakin banyak modal, contohnya tabungan, makin tinggi rating kita di mata analis.

4. Conditions: Analis bakal memeriksa kondisi kita yang berpengaruh pada penggunaan kartu kredit. Misalnya status pekerja outsource/honorer peluang aplikasinya disetujui lebih kecil daripada yang udah tetap. Kalau wiraswasta tapi kondisi usaha seret melulu, ya bank juga akan mikir buat nerbitin kartu kredit.

5. Collateral: Collateral adalah agunan/jaminan. Kartu kredit adalah cash collateral atau pinjaman yang gak butuh agunan berupa aset. Jadi analis gak akan meminta aset untuk menilai rating kartu kredit kita. Beda urusannya kalau kita ngajuin secured credit card atau kredit tanpa agunan (KTA).

Dalam penentuan rating dengan prinsip perbankan itu, analis yang bagus gak akan cuma melototin formulir aplikasi kartu kredit. Dia juga akan mewawancarai kita selaku pemohon baik tatap muka langsung maupun lewat telepon, dan bahkan menyurvei kantor/rumah kita.
Analis itu akan menilai cara kita menjawab pertanyaan-pertanyaan darinya. Sebab kalau sampai ada ketidakcocokan antara jawaban dan formulir yang telah kita isi, da..da..bye..bye..mustahil permohonan kartu kredit bakal dikabulkan.
Soalnya kita bakal disangka berbohong. Apalagi mengaku bergelar master, punya rumah sendiri, tapi jabatan staf rendah. Analis bank akan curiga lalu mengirim tim buat menyurvei langsung kondisi kita.

Karena itu, pastikan kita sejujur-jujurnya pas mengisi formulir dan menjawab wawancara. Sebab kalau bohong, yang rugi bisa kita sendiri.
Mungkin terbersit keinginan kongkalikong dengan tim analis atau memalsukan slip gaji saat kantor dicek. Tapi jangan salahin bank dan kartu kreditnya ya kalau nantinta terjebak utang.
Lha wong yang bohong diri sendiri. Itu artinya membohongi diri sendiri alias besar pasak daripada tiang.


Kalau bank udah nerbitin kartu kredit buat kita berdasarkan penilaian rating. Tapi ternyata kita gak sanggup mengelolanya dengan benar karena bohong dalam prosesnya, jangan protes jika nantinya terjebak utang kartu kredit. 
Rating sangat penting buat bank dan kita selaku pemohon kartu kredit. Buat apa bohong demi rating tinggi dan muter cari cara agar aplikasi kartu kredit disetujui tapi akhirnya hidup penuh masalah gara-gara tagihan kartu kredit membengkak?
Kalau memang belum dianggap layak memiliki kartu segudang manfaat itu, legowo saja dulu sambil terus memperbaiki kondisi finansial. Kartu kredit bukan soal prestise, tapi fungsinya yang membantu kita dalam bertransaksi.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »