8 Strategi Memotivasi Anak Agar Doyan Belajar
Salah satu
tantangan bagi orang tua dan guru dalam hal pendidikan anak adalah
sulitnya memotivasi anak untuk belajar. Berbagai macam cara terus diupayakan
agar anak-anak yang mereka asuh memiliki motivasi yang kuat dan meraih prestasi
yang membanggakan. Namun yang masih sering terjadi, usaha tersebut belum
sepenuhnya berhasil. Anak-anak tetap saja malas belajar, mereka belajar kalau
diminta, bahkan tidak jarang anak-anak tersebut tidak peduli dengan hasil
belajar mereka sendiri.
Pertanyaannya
siapakah yang salah?
Apakah
anak? ataukah kita sebagai orang tua dalam mendidik anak?
Saya yakin
akan ada banyak jawaban dari pertanyaan ini. Mungkin akan ada yang mengatakan
anak yang salah. Ada yang lain mungkin akan menjawab guru dan orang tua yang
salah. Bahkan saya yakin ada juga yang menjawab dua-duanya salah. Anak salah,
orang tua dan guru juga salah.
Terlepas
dari semua jawaban Anda, menurut saya pribadi, orang tua dan guru lah
yang paling banyak punya Andil pada masalah tersebut? Kenapa, karena mereka lah
pembimbing dan pendidik utama anak. Orang tua di rumah dan guru di sekolah.
Lantas apa
yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua jika mendapati anak-anak mereka
mengalami problem masalah belajar?
Ini dia
solusi buat Anda para orang tua dan guru. Saya akan menunjukkan 8 strategi
memotivasi anak agar doyan belajar. Tulisan ini saya sarikan dari buku yang
ditulis oleh Suhardi Fadjaray seorang pembicara publik, dan konsultan
pendidikan yang berjudul “memotivasi anak agar keranjingan belajar” yang berisi
tentang delapan strategi memotivasi anak untuk belajar.
Apa saja
strateginya? Silahkan Anda simak dalam penjelasan berikut:
1.
Mulailah dari diri sendiri
Satu masalah
utama yang dihadapi anak-anak kita saat ini adalah krisis keteladanan. Sekarang
coba renungkan, sebagai orang tua dan guru, apakah selama ini kita sudah
memberikan contoh-contoh perilaku yang kita harapkan kepada anak-anak kita?
kalau kita ingin agar anak-anak gigih dalam belajar, adakah kita juga sudah
menampilkan perilaku gigih tersebut?
Apa pun
jawaban Anda ini penting bagi proses belajar anak-anak Anda.
Jika Anda
sudah menemukan jawabannya, langkah selanjutnya silahkan Anda evaluasi diri,
Anda perbaiki mana-mana yang perlu Anda perbaiki sebagai orang tua dan guru.
2.
Cinta yang selalu di – up grade
Saya yakin
Anda sebagai orang tua dan guru sangat mencintai anak-anak Anda. Betul,
ini tidak bisa dibantah. Kecuali Anda sudah gila. Tapi sayang banyak dari kita
tidak menyadari bahwa sering kali cinta itu diekspresikan dengan cara yang
kurang tepat. Misalnya karena alasan cinta dan demi kebaikan anak, kita menjadi
orang tua yang otoriter, karena alasan cinta dan demi kebaikan anak para guru
sering menunjukkan sikap yang terlalu over disiplin. Mungkin tujuan kita baik,
tapi apakah tujuan baik itu sama dengan apa yang dipikirkan anak. Jawabannya,
tidak! Justru sikap baik kita tersebut sering dianggap sebagai bentuk tuntutan,
paksaan, dll.
Untuk itu
cara terbaik dalam hal ini adalah selalu up grade rasa cinta Anda. Dan landasi
rasa cinta tersebut dengan kesabaran. Cinta tanpa sabar akan membuat Anda
hilang kesadaran. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan salah dalam
mengaplikasikan cinta.
Yakinlah
jika ini bisa Anda lakukan dengan baik, lama kelamaaan anak-anak Anda akan
melihat itu semua. Bahkan tanpa dipaksa pun mereka akan menyadari bahwa Anda
sangat mencintai dan menyayangi mereka.
3.
Mengubah sudut pandang
Perilaku,
sikap, pandangan orang tua terhadap anak akan berfungsi sebagai program mental
bagi anak. Anak akan menjadi berkonsep diri positif manakala oleh orang tua,
guru dan lingkungannya di program secara positif. Begitu pula sebaliknya anak
akan berprestasi rendah manakala ia di program untuk berkonsep diri rendah.
Jadi rubah
sudah pandang Anda, jangan pernah bilang anak kita itu malas, nakal, bodoh,
bandel, sulit diatur dan sebagainya, karena hal itu akan tertanam pada diri
anak. Jika hal itu dipercaya oleh anak maka dalam dirinya akan terpatri konsep
bahwa dirinya memang seperti apa yang kita katakan. Untuk itu pikirkan dan
katakan sesuatu yang positif tentang anak. Dengan begitu anak-anak kita
akan memiliki konsep yang positif terhadap diri mereka sendiri. dan ini penting
untuk menunjang motivasi belajar anak di rumah maupun di sekolah.
4.
Manata ulang konsep diri
Dalam
strategi ini kita fokus pada menata ulang konsep diri. Hal ini diperlukan jika
kita mendapati anak-anak kita sudah terlanjur memiliki konsep diri yang keliru.
Dan cara yang bisa Anda terapkan adalah dengan cara pemrograman ulang bawah
sadar anak-anak.
Bagaimana
melakukannya, berikut beberapa cara melakukan pemrograman ulang
- Mencari sisi kelebihan anak untuk diberikan penguatan berupa pujian
- Mengondisikan anak agar menemukan momen-momen sukses, apa pun bentuk kegiantannya
- Upayakan anak dapat merekam perasaannya saat mencapai prestasi dan bisa memanggil perasaan itu kembali saat dibutuhkan
- Berilah penguatan (afirmasi positif) yakni pernyataan penguatan tentang momen-momen sukses anak
Semua
stimulus yang Anda berikan dengan cara di atas harus Anda lakukan secara
berulang-ulang dengan begitu anak-anak akan meresponnya dengan lebih baik,
sehingga semakin lama konsep diri yang salah akan berubah menjadi konsep diri
yang benar.
5.
Melepas ranjau mental anak
“Saya harus
baik dalam segala hal”
“Diri saya
adalah prestasi-prestasi saya”
Inilah dua
ranjau mental yang tertanam dalam diri anak. Dan ranjau ini muncul akibat pola
asuh kita yang kurang pas dalam mendidik.
Seperti yang
kita tahu hampir semua orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik. Tujuan
tersebut sebenarnya baik, tapi perlu Anda tahu hal tersebut kadang malah
menjadi sebuah tekanan bagi anak. Terlebih untuk sesuatu yang kurang mereka
sukai. Jadi Kita sebagai orang tua atau guru tidak bisa memaksa anak untuk
menjadi yang terbaik dalam segala hal. Karena anak setiap anak itu untuk
dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Lantas apa
yang perlu kita lakukan? terimalah mereka apa adanya, hargai semua kerja keras
yang sudah mereka lakukan. Selalu cintai mereka sebagai anak dengan
segala kekurangan dan kelebihannya tanpa membeda-bedakan antara satu dengan
yang lain.
6.
Tunjukkan manfaat
Memberikan
hadiah kepada anak karena mereka berhasil memenuhi keinginan kita adalah hal
yang sah-sah saja. Namun sering kali kita tidak sadar, bahwa apa yang anak
upayakan bukan untuk diri mereka, melainkan untuk kita. Untuk memenuhi keinginan
kita dan untuk hadiah yang akan kita berikan. Cara ini mungkin efektif untuk
mendongkrak motivasi anak untuk belajar. namun sifatnya sementara. Padahal yang
harusnya kita lakukan adalah memotivasi mereka supaya memiliki motivasi diri
yang kuat. Mereka mau berjuang meraih presentasi untuk diri mereka sendiri.
Untuk kebaikan mereka, bukan untuk kita sebagai orang tua atau guru.
Lantas apa
yang perlu dilakukan? Tunjukkan kepada anak manfaat yang akan mereka peroleh
jika berhasil meraih prestasi yang bagus. Latih mereka untuk bertanya “mengapa
saya harus berprestasi, apa manfaatnya bagi saya?” jika anak-anak kita mampu
melakukannya. Maka motivasi yang kuat dari dalam akan terbangun, sehingga
mereka akan semakin giat untuk mencapai prestasi yang maksimal. Bukan untuk
kita sebagai orang tua, tapi untuk diri mereka sendiri.
7.
Merancang peta sukses
Sangat
jarang orang tua maupun guru mendampingi akan-anak dalam merancang peta sukses.
Padahal peta sukses itu penting. Peta sukses ini berisi tujuan dan rencana-rencana
yang masuk akal untuk mencapai tujuan. Jika anak-anak kita memiliki target yang
jelas dalam kegiatan belajarnya maka mereka akan mudah menyusun rencana untuk
mencapainya.
Sekarang
coba Anda tanya pada anak-anak Anda “apa tujuan kamu belajar”? saya yakin
kebanyakan anak-anak kita akan menjawab tidak tahu, kalau pun menjawab mereka
akan menjawab “aku ingin jadi orang sukses”. Tapi pada dasarnya mereka sendiri
tidak tahu sukses seperti apa yang ingin mereka raih. Untuk itulah kita sebagai
orang tua dan guru, harus mendampingi mereka, mengajarkan mereka bagaimana
menyusun rencana-rencana untuk kehidupan yang akan mereka jalani. Usahakan juga
semua rencana mereka tertulis dengan baik. Ini penting, supaya ketika anak lupa
dengan apa yang sudah direncanakan, mereka bisa membuka kembali peta sukses
yang sudah dibuat.
8.
Pemeliharaan emosional
Strategi
terakhir adalah pemeliharaan emosional. Ingat anak-anak kita itu tidak hidup
tanpa masalah. Mereka sama seperti kita punya masalah dan punya problem. Karena
itulah tugas kita sebagai orang tua dan guru adalah mendukung mereka. Kita
sebagai orang tua dan guru harus peka. Jangan sampai kita hanya meminta mereka
untuk belajar, tapi kita tidak mau tahu dengan masalah yang mereka alami.
Kedekatan kita, cinta kasih kita terhadap mereka akan sangat membantu dalam
pemeliharaan emosional yang mereka miliki. Jangan pernah tunjukkan kemarahan,
kebencian atau hal-hal yang negatif di depan anak, karena itu akan menjadi
pengganggu dalam perkembangannya dan dalam proses belajar yang mereka tempuh.
Demikianlah
8 strategi cara memotivasi anak agar doyan belajar. Silahkan Anda
terapkan dalam hidup Anda. Jika ada manfaat yang bisa Anda peroleh, maka
sesungguhnya itu adalah untuk anak-anak Anda., untuk kemajuan mereka dan untuk prestasi
mereka.
Bagaimana
menurut Anda