Hambatan belajar pada anak
Sebagai
orangtua tentunya memiliki keinginan untuk melihat anaknya mendapatkan prestasi
yang baik di bidang akademis. Namun, terkadang kita lupa bahwa terdapat
beberapa faktor yang merupakan hambatan bagi sang buah hati dalam belajar.
Untuk mengatasi gangguan belajar pada anak tentunya
kita perlu mengenali gejala-gejala gangguan belajar yang dialami anak-anak
seperti beberapa hal dibawah ini yakni,
- · Mengalami kesulitan di sekolah, mendapat nilai yang kurang bagus walaupun sudah berusaha keras untuk belajar
- · Cemas jika disuruh tampil didepan kelas
· Memerlukan bimbingan konstan dalam
mengerjakan tugas
- · Sulit dalam mengingat materi pelajaran baik lisan maupun tertulis
- · Memiliki penghargaan diri yang rendah terhadap diri sendiri
Gejala-gejala
diatas dapat timbul dalam diri sang anak karena dipicu oleh beberapa faktor
seperti
Stress
Stress bias
diartikan sebagai ketegangan fisik dan mental emosional karena tubuh memberikan
respons terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada di sekelilingnya.
Stress bias dipicu kejadian tertentu, selain akibat pengaruh lingkungan
Dampak
negatif akan muncul jika kadar stress sudah berlebihan. Akibatnya daya tangkap
anak menurun. Bisa
dipahami, stress yang berlebihan tentu menimbulkan hambatan emosi yang
selanjutnya mengusik kemampuan anak dalam menyerap informasi maupun stimulasi
dari lingkungannya.
Akibat lebih
jauh, proses belajar anak mengalami keterlambatan. Jika seharusnya Ia bias
memehami pelajaran sekitar 80-100% dari yang diberikan, maka gara-gara kesal,
marah dan frustasi, kemampuan belajarnya akan jauh berkurang. Selain itu,
fungsi kerja organ tubuh anak akan ikut terganggu. Gejalanya berupa beragam
gangguan psikosomatis dari sakit perut, sakit kepala, demam, mual dan
sebagainya.
Tuntutan terlalu tinggi
Begitu juga
saat menginjak usia sekolah, wajar bila orangtua berharap anaknya menguasai
beragam kemampuan. Menjadi tidak wajar jika dalam mewujudkan harapantadi
orangtua lantas mengisi sang anak dengan berbagai aktivitas sepanjang hari
seperti kursus-kursus yang terlampau banyak. Tuntutan yang terlalu tinggi
menjadikan motivasi belajar pada anak menjadi merurun karena kejenuhan yang
dialaminya setiap hari.
Solusinya,
orangtua mesti tanggap terhadap minat yang terdapat dalam diri sang anak. Dalam
hal ini, orangtua dan anak perlu waktu lebih banyak untuk berkomunikasi dan
saling meninstropeksi diri masing-masing. Pahami kebutuhan dan kapasitas diri
sang anak karena tiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Labelling
Pelabelan merupakan tindakan memberi label atau ciri pada sang anak berdasarkan perilaku,sifat dan berbagai hal lainnya. Contohnya menyebut anak dengan sebutan “si malas”. Sebutan-sebutan seperti itu akan menghempaskan kebanggaan diri yang akhirnya membuat anak stress.
Komentar-komentar
negative seperti itu hanya akan mengikis konsep diri anak. Fokuslah pada
kesalahan yang dilakukan anak dan tidak menyerang pribadi sang anak. Ajari anak
untuk tidak mengulangi kesalahan yang telah Ia lakukan namun dikemas dalam
bentuk kata-kata yang positif. Hal tersebut akan membuat sang anak mendapatkan
motivasi dalam dirinya.
Lingkungan tidak kondusif
Rumah
dikatakan sebagai kondusif jika seluruh anggota keluarga maupun sarana
fisik yang ada mendukung kegiatan belajar. Lingkungan rumah yang nyaman tentu
akan membuat anak senang bereksplorasi karena tak adanya hambatan yang
menghadang dirinya. Masalahnya sering tidak disadari ada beberapa kebiasaan dan
kondisi di rumah yang mengganggu proses belajar anak. Antara lain televisi yang
menyala terus dan kualitas penerangan yang cukup. Hal tersebut pasti
berpengaruh terhadap proses belajar anak.
Marilah kita
memberikan motivasi pada anak-anak sehingga mereka menjadi anak-anak yang
memiliki kepercayaan diri yang baik serta prestasi yang membanggakan bagi
negeri kita! (Stephanie)