FaceBook!, hm…!!





FaceBook!, hm…!!


 

Sudah lama sekali Facebook masuk dalam kehidupan kita. Facebook secara sporadis mampu menggantikan posisi silaturahmi secara langsung (tatap muka). Ada apa gerangan dengan semua ini?
Setelah lama melihat dan mengamati fenomena yang ada, ternyata FB memberikan fasilitas yang cukup banyak bagi penggunanya. Disamping fasilitas yang didapat, member diberi kemudahan dalam mengakses. Dan kemudahan bercakap atau chating secara online dengan teman.
Selanjutnya, dalam FB dikenal dengan update status dan Upload Foto. Di FB inilah, pengguna bisa mengganti status sesuka hatinya serta memasukkan foto kenangan. Dan teman-teman lainnya bisa dengan mudah memberikan komentar kepada pengguna yang lain.
HATI-HATI! Facebook BERBAHAYA untuk Anak Anda. Sudahkah Anda memberikan benteng yang kuat? Ya anak-anak harus dididik soal agama dan kejujuran dari kecil, apalagi ada FB, anak-anak sudah banyak yang kecanduan dengan FB.
“Situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang ditemukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah”
Bersyukurlah anda pada orangtua, karena waktu mereka dulu mendidik, belum ada fenomena sedahsyat internet, belum ada dunia lain selain dunia tempat mereka berpijak. Mereka mengetahui apa saja kegiatan kita, dengan siapa saja kita bergaul, kemana saja kita pergi, buku apa yang kita baca, tentunya berkat komunikasi (orangtua – anak) yang selalu terjalin dengan intens. Oleh karenanya ortu mampu untuk mem-filter hampir semua hal yang masuk ke dalam benak anak-anaknya.
Bandingkan dengan jaman sekarang. Ortu mungkin tahu apa itu internet. Tapi apa mereka paham benar dengan seluk beluk di dalamnya? Apa mereka tahu permainan macam apa yang disediakan Facebook? Atau siapa saja yang mungkin ditemui anaknya ketika ia berselancar di dunia maya? Aku saja yang setahun lebih sudah menggeluti internet dengan intens, masih sering terpukau setiap kali browsing kesana kemari. Rasanya seperti anak kecil yang dilepas di sebuah pasar malam atau taman hiburan. Begitu banyak wahana yang ia lihat, begitu keluar dari satu wahana, eh..ia melihat sesuatu yang lain di wahana berikutnya. Begitu ia sudah menikmati permainan itu, dan keluar sambil masih terpesona akan keasyikannya, di depannya tampak wahana lain yang berbeda sama sekali, dan pastinya tampak lebih mengasyikkan…
Nah, pikirkan kembali ke orang tua jaman sekarang. Ternyata susah juga ya menjadi ortu di era ini. Karena perkembangan dan perubahan berjalan jauh lebih cepat dari yang pernah kita bayangkan. Dan kita tak mungkin dapat menutup diri terhadap perubahan itu kalau kita mau tetap mengembangkan diri dalam hidup. Masalahnya, di tengah kesibukan pekerjaan, orang tua harus tetap mengikuti kegiatan anak-anaknya. Kalau jaman dulu sih masih lebih gampang, meski tidak menutup kemungkinan si anak membohongi ortunya.
Tapi bagaimana kalau si anak duduk sepanjang hari di depan komputernya? Kita mengira ia tidak kemana-mana dan aman dalam rumah. Padahal sebenarnya ia sudah kemana-mana. Iya kalau tempat yang dituju menyediakan pengetahuan yang baik baginya, tapi kalau justru hal-hal yang merusaknya? Itulah yang perlu dikhawatirkan ….
Banyak anak-anak sekarang usia SD sudah memiliki account di Facebook, padahal Facebook punya filter yang tidak mengijinkan anak di bawah 13 tahun membuka account. Wah…  mereka itu pada memalsukan umur ya?.
Melarang anak untuk membuka account Facebook bukan pilihan terbaik, karena teman-temannya sudah buka juga, jadi si anak bisa dengan mudahnya minta diajarin temannya. Dengan cara begini, si anak tetap punya Facebook, dan ortunya gak bisa mengawasi. Mungkin lebih baik ortu justru membantu si anak dengan membukakan account Facebook, tapi simpanlah passowrdnya, jangan beritahu si anak. Sehingga ortu sesekali bisa mengecek kegiatan si anak dan teman-temannya. Tetapi tetap berikan privasi pada anak, jangan sampai kita mengubah apapun pada profil si anak. Ortu sebaiknya juga tidak meng-add si anak kalo mereka akhirnya buka account juga, karena si anak akan merasa privasi mereka terganggu.
Tentu saja ada kerepotannya. Pertama, ortu harus mempelajari apa itu Facebook, dan fasilitas apa saja yang ada di sana, dsb, dsb. Kedua, setiap kali si anak mau membuka Facebooknya, ortu harus bersedia direpotin karena mereka yang memegang passwordnya. Yah, tapi bagaimana lagi, ini kan demi kebaikan anak-anak itu juga.
Bagaimana dengan anda?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »