Pengertian Pendidikan Seks
Pengertian
pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi seks dan organ-organ
seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks yang normal. Pemahaman yang
berbeda terhadap arti pendidikan seks membuat orang salah mengartikan kata
pendidikan seks sebagai sesuatu yang jorok dan hanya mengajarkan hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan. Padahal, pendidikan seks merupakan
bagian dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga pengertian pendidikan seks
erat hubungannya dengan pendidikan pada umumnya. Pengertian pendidikan seks
dapat diperhatikan dari kata yang membentuk istilah tersebut yaitu pendidikan
dan seks.
Menurut
Suliman (dalam Suraji, 2008) Pendidikan adalah ’suatu perbuatan atau tindakan
yang dilakukan dengan maksud agar anak atau orang yang dihadapi itu akan
meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaqnya bahkan seluruh pribadinya.
Menurut
Kamus Dasar Bahasa Indonesia dalam (Suraji, 2008) menyebutkan pengertian pendidikan
sebagai ’suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik’.
Dari kedua definisi diatas
yang dimaksud dengan pendidikan meliputi beberapa hal, yaitu:
1.
Pendidikan merupakan sesuatu usaha yang
disengaja
2.
Merupakan suatu proses
3.
Dilakukan dengan sadar dan terprogram
4.
Dilakukan oleh orang yang dewasa kepada anak
didik
5.
Mempunyai tujuan menjadikan seseorang menjadi
lebih baik dan sempurna
J.S. Tukan dalam (Suraji, 2008) mengartikan
seks sebagai ’suatu efek (konsekuensi) dari adanya jenis kelamin’. Seks dalam
pengertian ini meliputi: perbedaan tingkah laku, perbedaan atribut, perbedaan
peran dan pekerjaan serta hubungan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Adapun pendapat Mugi kasim dalam (Suraji, 2008) mengartikan seks
sebagai ’sumber rangsangan baik dari dalam maupun dari luar yang mempengaruhi
tingkah laku syahwat, yang bersifat kodrati’.
Berdasarkan
definisi tersebut, yang termasuk dalam pengertian seks mencakup alat kelamin,
anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan
perempuan, kelenjar-kelanjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
bekerjanya alat kelamin, proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran.
Gendel,
1968 dalam (Payne, 1981) menyatakan bahwa ‘pendidikan seks secara deskriptif
disebut pendidikan tentang seksualitas manusia dan ia mendefinisikan seks
sebagaimana kita adanya, bukan sesuatu yang kita lakukan’. Pendidikan seks dan
pengajaran sex jangan disamakan tetapi mengajarkan seks adalah bagian penting
dari pendidikan seks. Pendidikan seks sangat penting diberikan sejak dini agar
anak mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawabnya, hal al haram yang
berkaitan dengan organ seks, dan panduan menghindari penyimpangan perilaku
seksual sejak dini. Selain itu, pendidikan seks juga memberikan bekal
pengetahuan serta membuka wawasan anak seputar masalah seks secara benar dan
jelas. Pemberian pendidikan seks yang benar berarti menghindarkan anak dari
berbagai risiko negatif perilaku seksual, seperti kehamilan di luar nikah,
pelecehan seksual dan penyakit menular seksual.
Sebelum
anak tunagrahita menginjak usia remaja, informasi tentang seks perlu diberikan
agar mereka mengenal dirinya secara lebih jauh, dan mengerti akan hubungan
dirinya dengan lingkungannya, memiliki bekal ilmu tentang dirinya dan
seksualitasnya sehingga kelak ketika menginjak masa remaja anak tunagrahita
akan lebih percaya diri, mampu menerima keunikan dirinya sekaligus tahu
bagaimana menjaga dirinya sendiri sebaik mungkin. Informasi tentang seksualitas
bisa di dapat melalui pendidikan seks.
Adapun
beberapa definisi mengenai pendidikan seks menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
1.
Menurut Calderone dalam (Suraji, 2008),
Pendidikan seks adalah pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga, untuk
menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan bersosialisasi dengan orang lain secara sehat, dan untuk
membangun tanggung jawab seksual dan sosial.
2.
Menurut Dr. A. Nasih Ulwan dalam (Suraji,
2008), Pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan
tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti
masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan, sehingga
jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah
mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerap
kan tingkah laku islami sebagai akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat
maupun cara-cara hedonistic.
3.
Menurut Dr. J. L. Ch. Abineno (1980)
pendidikan seks merupakan ”pendidikan yang diberikan kepada anak tentang
pengetahuan seks dan bagaimana menggunakan seks dalam hidupnya.”
4. Menurut
Syamsudin, (1985:14), Pendidikan seks adalah ”sebagai usaha untuk membimbing
seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti dan fungsi kehidupan
seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.”
Adapun kesimpulan dari
beberapa definisi di atas, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah
suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang
dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya
serta bertanggung jawab baik dari segi individu, sosial maupun agama.
Kebahagiaan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya
dengan partnernya, dengan masyarakatnya, dan dengan lingkungannya. Tanggung
jawab diartikan sebagai hubungan yang tidak mempunyai efek yang merugikan bagi
dirinya, partnernya, masyarakatnya serta kesadaran mengatur dorongan seksualnya
dengan nilai-nilai moralitas yang berlaku.
Pendidikan
Seks pada anak mencakup pengajaran pengetahuan-pengetahuan yang berguna dan
keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan masalah-masalah penting yang
berhubungan dengan seksualitas, seperti mengenali identitas diri berkaitan erat
dengan organ biologis mereka serta perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
memperkenalkan anatomi tubuh, proses reproduksi, pubertas dan perubahan
–perubahan fisik yang terjadi, termasuk keintiman, hubungan manusia, identitas
seksual dan peran gender, anatomi reproduksi dan citra tubuh, aspek emosional
dari pendewasaan, cara-cara pencegahan kehamilan dan pencegahan HIV/PHS (Penyakit
akibat Hubungan Seksual), dan akibat-akibat kesehatan dari tidak memakai
kontrasepsi dan cara-cara pencegahan diantara remaja-remaja yang aktif secara
seksual.
Pendidikan
seks juga harus disertai dengan pendekatan religion, psikhis, higienis, sosial,
moral dan sebagainya. Bila pendidikan seks meliputi hal-hal tersebut, tidak
akan ada lagi yang menolak pendidikan seks diberikan pada anak. Pendidikan seks
yang diberikan secara kompleks dan utuh serta disesuaikan dengan tingkat usia
sangat diperlukan oleh setiap anak tanpa memandang dulu latar belakang anak
tersebut apakah anak itu normal atau memiliki keterbelakangan, karena pada
dasarnya semua pengetahuan tersebut akan membantu mereka dalam bersosialisasi
di masyarakat. Sehingga tidak akan timbul masalah penyimpangan-penyimpangan
seksual.